Laporan terbaru Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Korea Selatan mengungkap sejumlah temuan yang membuat miris terkait kondisi kamp tahanan politik, yang tersebar di seluruh penjuru Korea Utara. Laporan itu menyebut, seseorang bisa ditangkap lalu dikirim ke kamp tahanan politik hanya karena alasan sepele. Tak hanya kurungan badan, rezim komunis juga menerapkan hukuman kerja paksa.
Disebutkan, kebanyakan mereka yang ditangkap dan dipenjarakan bukan karena membelot atau melarikan diri karena alasan politik. Mereka ditangkap lantaran mencoba kabur hanya untuk mencari makanan atau mencari rezeki ke luar Korut. Bagian lain laporan menyebutkan seorang pelajar perempuan ditangkap hanya gara-gara ketahuan menari tarian gaya Barat bersama seorang asing.
Demam lagu pop Korea Selatan atau populer sebagai K-pop juga bisa jadi masalah karena seorang pelajar dijebloskan ke dalam penjara hanya gara-gara kepergok menyanyikan lagu artis Korsel. Sebuah keluarga bahkan dijebloskan ke penjara lantaran sang ayah lupa menyebut gelar pendiri negeri itu, Kim Il Sung, sebagai sang ”Pemimpin Besar”, dalam sebuah sesi pertemuan ideologis.
Laporan Komnas HAM Korsel itu adalah laporan paling rinci yang pernah dibuat terkait kondisi dan situasi seputar keberadaan kamp tahanan politik di Korut. Laporan itu merupakan kumpulan hasil wawancara dan kesaksian para mantan tahanan politik yang berhasil melarikan diri dari negeri penuh misteri itu.
”Rinciannya menggambarkan kondisi sangat mengerikan yang dialami para tahanan. Kami berharap laporan ini mendorong pengurangan dan penghapusan pelanggaran HAM di sana,” ujar Lee Yong-ken, Ketua Tim Korea Utara pada Komnas HAM Korsel.
Menurut Lee, pihaknya mewawancara 834 pengungsi, termasuk enam orang yang pernah ditahan di enam kamp berbeda. Keenam kamp itu diperkirakan menampung lebih dari 200.000 ”tahanan politik”. Laporan itu juga mencantumkan 278 nama yang ditahan di kamp pada pertengahan 1990-an dan tahun 2005, serta informasi soal kesalahan mereka.
Dari 278 orang itu, 60 tahanan ditangkap dan dijebloskan ke penjara lantaran mencoba kabur ke luar wilayah Korut untuk mencari makanan. Sebanyak 27 orang ditangkap setelah mereka kembali dari bekerja di Jepang. Lima orang dipenjara lantaran memeluk agama Kristen dan 29 orang lainnya ditangkap karena dinyatakan bersalah ”terlibat” membantu kelima orang itu. Sebagian besar dari 29 orang itu berhubungan saudara dengan kelima orang pemeluk Kristen itu.
Sebanyak 30 orang dipenjara karena berkomentar kritis terhadap rezim, yang dianggap ”menghina martabat” para pemimpin negeri, memuja kapitalisme, membongkar rahasia negara, dan korupsi. Adapun sisanya dipenjara lantaran dituduh terlibat spionase atau pandangan politik mereka.
Dalam laporan itu terungkap pula, salah satu tahanan politik adalah mantan petinggi pemerintah, yaitu Wakil Menteri Pos dan Telekomunikasi Korut Sim Chol Ho. Sim ditangkap setelah mengkritik otoritas intelijen. Dia ditahan di kamp tahanan politik di Yodok pada tahun 2001 dan dilepas setelah menjalani kerja paksa selama 18 bulan. Menurut salah seorang saksi mata, Sim hanya diberi makan 200 gram tepung jagung setiap hari dan dipaksa memakan tikus panggang untuk bertahan hidup.
Bulan lalu, sebuah lembaga swadaya masyarakat Koalisi Internasional untuk Menghentikan Kejahatan Kemanusiaan di Korut memperkirakan 400.000 tahanan tewas sepanjang beberapa dekade. Laporan Komnas HAM Korsel juga mengutip seorang wanita, yang menyebut sedikitnya 3.721 tahanan tewas sepanjang Januari-Juni 2005 di kamp tahanan Jeungsan di Provinsi Pyongan Selatan, Korut.
Harga Tiket Peswat Untuk Lebaran Naik 200 Persen
7 tahun yang lalu

0 komentar:
Posting Komentar