Home » » Diplomat Handal Roza Otunbayeva

Diplomat Handal Roza Otunbayeva

Written By Admin on Senin, 19 April 2010 | 09.00

Diplomat Handal Roza OtunbayevaSekedar mengingatkan saja bahwa pada postingan sebelumnya pada blog Leak membahas tentang DPR Bentuk Panja Pemekaran, dan kali ini Leak akan membahas tentang Diplomat Handal Roza Otunbayeva. Mungkin anda sudah tahu tentang siapa itu Diplomat Handal Roza Otunbayeva, bagi yang belum tahu saya akan sedikit menjelaskan tentang beliau dan aktifitasnya dalam kehidupan bersejarah di dunia ini khususnya.

Roza Otunbayeva yang berumur sekitar 59 dan merupakan mantan menteri luar negeri, pekan lalu mengklaim dirinya menjadi pemimpin sementara di Kirgistan. Dia memang dikenal berambisi menjadi Presiden Kirgistan. Bahkan, dia pun tercatat sudah dua kali menggulingkan Presiden Kirgistan.

Otunbayeva kemarin meminta presiden yang digulingkan, Kurmanbek Bakiyev, menyerahkan diri dan mempertanggungjawabkan aksi berdarah yang menewaskan 75 orang dan melukai 1.000 orang pada 8 April lalu. Mengenai apakah dia akan berunding dengan Bakiyev, Otunbayeva memastikan sikap. Namun sebelumnya dia telah menawarkan jaminan keamanan jika Bakiyev mengundurkan diri dari jabatan presiden dan mengasingkan diri ke luar negeri.

Sebelum menggulingkan Bakiyev, pada 2005, Otunbayeva merupakan politikus yang mengendalikan Revolusi Tulip pada republik bekas Uni Soviet tersebut dan berhasil menggulingkan Askar Akayev, presiden sebelumnya, serta mengantarkan Kurmanbek Bakiyev sebagai presiden, menurut informasi yang di terima Type Approval Indonesia melalui mesin pencari google. Padahal, selama pemerintahan Akayev, Otunbayeva menjabat sebagai menteri luar negeri.

Sementara Otunbayeva pada pemerintahan Bakiyev ditunjuk sebagai menteri luar negeri, tetapi tidak mendapatkan persetujuan dari parlemen. Kini, Otunbayeva pun menggulingkan mitra politiknya, Bakiyev, yang dinilai arogan dan menangkapi para politikus oposisi. Setelah kesuksesan Revolusi Tulip, pekan lalu, dia sukses memimpin perlawanan rakyat untuk menggulingkan Bakiyev.

Selain menjalin kedekatan dengan para politikus di negaranya, Otunbayeva juga menunjukkan keandalan dalam hubungan luar negeri meski media-media menganggap bahwa Otunbayeva merupakan kepanjangan tangan pemerintahan Rusia. Buktinya, Kremlin pun menjadi pihak yang pertama kali memberikan dukungan ketika dia mengemukakan dirinya sebagai pemimpin sementara Kirgistan.

Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin sebagai pemimpin yang pertama kali menelepon Otunbayeva. Namun, Otunbayeva juga menjaga hubungan dengan Amerika Serikat.Dia memanfaatkan jaringan dan pengaruh pengalaman diplomat untuk meyakinkan Washington bahwa pangkalan militer mereka di Kirgistan dalam posisi yang aman. Hanya saja, Otunbayeva menyesalkan sikap Washington yang tidak terlalu memperhatikan atmosfer politik di negaranya saat rezim Bakiyev.

Washington tidak pernah bersentuhan langsung dengan kubu oposisi, duduk dan mendengarkan apa yang terjadi di negara ini, tuturnya. Mereka, kata dia, hanya peduli dengan kepentingan militer, bukan komitmen terhadap demokrasi. Mau tak mau, Otunbayeva kini tengah memainkan posisi tawarnya kepada Washington dan Moskow. Hal itu wajar mengingat posisi Kirgistan yang strategis di Asia Tengah dan berada di antara kekuatan dunia, yakni Rusia, China, dan AS.

Meski negaranya kecil, semua negara besar ingin bermain dalam perpolitikan di Kirgistan. Kadang kita merasa sangat sulit dengan banyaknya para pemain dan aktor di negara ini, papar Otunbayeva kepada CNN. Saya berharap kebijakan luar negeri berdasarkan kepentingan nasional dan bersahabat dengan semua pihak. Kita akan mencoba melakukan yang terbaik dan tidak akan menjadi bola dalam permainan ini, ujarnya.

Otunbayeva pernah mengenyam pendidikan filsafat di Universitas Moskow, Rusia, dan lulus pada 1972. Setelah itu, dia bekerja pada Universitas Nasional Kirgistan sebagai profesor senior dan memimpin fakultas filsafat selama enam tahun. Awal karier perempuan kelahiran 23 Agustus 1950 ini dimulai pada 1981 saat menjadi anggota Partai Komunis Kirgistan.

Kemudian menurut Mbah Gendeng, dia menjadi Duta Besar Uni Soviet pada badan PBB UNESCO di Paris. Setelah Kirgistan merdeka, ia menjadi Duta Besar Rusia di Amerika Serikat dan Inggris pada 1998-2001. Namanya juga sering disebut ketika mencuat konflik antara Georgia dan Abkhazia pada 2001. Pasalnya ketika itu dia menjadi deputi misi khusus PBB di Georgia.

0 komentar:

Posting Komentar