Home » » Bawa Pesan Damai di Album Baru

Bawa Pesan Damai di Album Baru

Written By Admin on Minggu, 15 Agustus 2010 | 08.38

“DIANGGAP Gila”merupakan sebuah judul untuk album keempat band yang sarat nilai keagamaan. Namun,band yang digawangi Mustafa (vokal), Saleem (flute), Daood (drumer/perkusi), Naseem (perkusi), Mujahid (bas), Husniah (violin), Shakurah (lead violin, Saz),Achmad (santoor), Dimas (gitar), Luthfi (perkusi),Ali (perkusi), Zahra (kibor), Nadhira (khanoon) ini enggan dianggap band religi. Menurut Mustafa,musik yang dihasilkan memang bernuansa Timur Tengah,lirik yang disampaikan mengajak masyarakat untuk cinta damai.Namun,musik mereka bukan untuk kalangan muslim saja, melainkan juga semua kalangan.

Lagu-lagu cinta damai ini dibuat untuk memberikan kenyamanan spiritual bagi para pendengarnya. “Kita selalu membuat pesan damai dalam lagu. Musiknya memang terasa spiritual, tapi sangat universal, bukan religi,” ungkap Mustafa kepada harian Seputar Indonesiabelum lama ini. Selama ini Debu memang konsisten dengan lirik yang damai dan musik yang tidak sekadar menghibur telinga penikmat musik. Lebih dari itu,kelompok musik ini menawarkan sebuah “kejujuran” bermusik nada-nada Arab dengan variasi musik rock, hip hop, jazz, atau country.

Lagu Macan Hutan misalnya, Mustafa dan kawan-kawan memasukkan unsur musik rock.Atau, lagu Malam Ini yang menggabungkan musik jazz serta nuansa hip hop. Musik Arab yang menjadi ciri khas Debu selama ini menjadi lebih menarik dinikmati. Ramadan adalah kesempatan bagi band asal Amerika Serikat yang siap menjadi WNI ini untuk lebih memperkenalkan musikalitas mereka. Tembang Malam Ini pun patut menjadi pilihan lain dari tujuh lagu yang disajikan dalam album “Dianggap Gila”. “Pada album pertama, kita tidak banyak mengerti tentang musik.

Tapi di album keempat ini,kita sudah jauh lebih baik. Kita juga banyak memainkan alat musik.Kita membebaskan para personel untuk menggali kemampuan bermusik seluas-luasnya,” ungkap Mustafa. Dari tujuh lagu, semuanya mengalami perbedaan. Ada bunyibunyian dari rebana yang kuat, lembut, serta lengkingan suara seruling. Malah, Debu menggunakan aneka alat musik dari Indonesia dan belahan dunia seperti santur dari Iran, tambur dari Turki, serta gendok-gendok dari Sulawesi Selatan.

Tentu harmonisasinya masuk dalam musik Debu seperti gitar, biola, bas, santoor, dan sebagainya. Musik Debu yang semakin matang ini membuat label Fame (Fantasi Artist Media Entertainment) melirik perkembangan musik Debu. Daya tarik Debu untuk memperkenalkan lagu-lagu mereka ini adalah dengan nama album “Dianggap Gila”. Menurut Mustafa, nama itu dibuatnya dengan sangat sadar, meski banyak orang heran mendengarnya. “Pemilihan judul album ‘Dianggap Gila’ ini biar orang yang mendengarnya langsung penasaran.

Judul itu dari sebuah cerita tentang zikir seseorang kepada Allah. Kadang orang dianggap gila ketika sedang berzikir kepada Allah.Artinya ketika orang sudah dianggap gila, orang itu punya takwa yang besar,”ungkap Mustafa. Soal persaingan musik religi pada bulan Ramadan, Mustafa tidak melihat hal itu terjadi.Ditegaskannya, Debu bukan band religi yang harus selalu tampil pada Ramadan. Dia band umum yang bisa tampil di 11 bulan lainnya. “Kebetulan kita rilis album pada bulan Ramadan.Tapi semua itu tidak masalah,dan kita melihat musik Indonesia bagus-bagus,” kata Mustafa.

0 komentar:

Posting Komentar