Kasus intoleransi marak akhir-akhir ini terjadi di Indonesia. Mulai dari kasus bentrok warga Ahmadiyah di Cikeusik Pandegalang yang menewaskan beberapa orang, penusukan pendeta HKBP Ciketing, Bekasi, pembakaran gereja di Temanggung, Jawa Tengah dan penyegelan GKI Yasmin, Bogor.
Menurut, Direktur Eksecutive Moderate Muslim Society, Zuhairi Misrawi adanya kejadian tersebut dikarenakan tidak adanya dialog antar agama yang dahulu sering dilakukan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
"Setelah meninggalnya Gus Dur, tidak ada lagi perjumpaan tokoh-tokoh seperti dulu," ujar Zuhairi dalam diskusi Nasionalisme vs Radikalisme yang digelar Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) di Gedung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Jakarta, Jumat (20/5/2011) malam.
Saat ini, kata Zuhairi, banyak dialog-dialog antar agama sudah jarang terdengar karena banyaknya pertentangan internal di dalam agama tersebut. Padahal dahulu, Gus Dur selalu melakukan perlawanan terhadap aturan yang mengekang dalam agama.
"Saat natal ditentang, Gus Dur justru datang ke gereja ikut merayakan. Kita sekarang tidak punya tokoh seperti itu lagi," imbuhnya.
Kenyataan diatas, lanjut tokoh muda NU ini, harus disikapi secara serius sehingga kembali terbuka dialog antar umat beragama seperti kristen dengan islam moderat. "Jangan hanya dibangun pada masa kritis. Tetapi dihidupkan kebali seperti era Gus Dur, kalau terjadi kan enak," katanya.
Zuhairi menambahkan alat pemersatu dari kebebasan beragama adalah Pancasila dan UUD 1945 sehingga keindonesiaan dapat dirajut kembali. "Dialog antar agama harus dapat diimplementasikan," tukasnya. Demikian catatan online Leak yang berjudul Kasus intoleransi.
Harga Tiket Peswat Untuk Lebaran Naik 200 Persen
6 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar