Pernyataan tokoh lintas agama yang disuarakan di aula akademi Jakarta TIM, mengkritisi kepemimpinan SBY-Boediono, menuju kebangkrutan nasional dan kelumpuhan moral ditanggapi sebagai penyataan yang tidak memiliki dasar. Hal ini dikatakan oleh mantan ketua umum PB HMI Fahrudin, kepada wartawan, Jumat (20/05/2011).
"Tokoh agama saja masih gunakan kendaraan mewah. Jadi, dalam pengertian apa Indonesia jadi bangkrut? Jika yang disampaikan adalah kebangkrutan moral itu bukan fungsi atau tugas presiden dan wakilnya. Justru, menjadi tugas tokoh agama agar mampu menularkan moral dan ahklak yang baik," ujarnya.
"Di era SBY-Boediono saat ini, semua keterbukaan terjadi. Era pemerintah yang menunjukkan, tak seorang pun bisa kebal hukum, siapa pun yang terindikasi dan ada fakta hukumnya pasti diiproses," tandasnya.
Ia kemudian menyindir, para tokoh agama hanya pandai berkomentar tanpa bisa berbuat. Dirinya kemudian mempertanyakan para tokoh lintas agama, berada diposisi mana, saat seluruh lapisan rakyat melawan tirani dan status quo di tahun 1998.
"Dan sekarang, malah menyatakan diri seolah-olah paling benar dan bersih tanpa menghargai proses dan kerja pemerintah.Era SBY yang hampir memasuki tahun ke-7 ini jelas target dan capaiannya, kalau ada kekurangan, kewajiban seluruh steakholder di negeri ini," ujarnya.
Fahrudin kemudian menyarankan kepada para tokoh agama untuk tak mencari-cari kesalahan. Dan jika para tokoh agama ingin berpolitik, sarannya lagi, berani bermain di ranah politik.
"Dan jika keberatan silahkan ajukan surat ke presiden dan Komisi III DPR untuk mengevaluasi kinerja Kapolri. Gunakan prosedur demokrasi yang benar, bukan berteriak-teriak di media massa dengan target politik yang diinginkan," tandasnya. Demikian catatan online Leak yang berjudul Mengkritisi kepemimpinan SBY-Boediono.
Harga Tiket Peswat Untuk Lebaran Naik 200 Persen
6 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar